Selasa, 21 Agustus 2018
#SENGKUNI2019
#SGKN201901
1.
Bersyukur dan Takut
Aku
bersyukur Indonesia tidak mengenalku
Ia hanya sesekali berpapasan dengan bayang-bayangku
Terkadang ia menyapaku, tapi salah panggil apa dan siapa diriku
Ada saat aku ingin memperkenalkan diriku, tapi selalu ragu
Akhirnya kubatalkan, karena aku tidak menemukan bahwa ia sungguh-sungguh mau
berkenalan denganku
Aku bersyukur Indonesia tidak mengenalku
Sebab aku sungguh takut kepadanya
Aku ngeri berurusan dengannya
Aku cemas kalau berada di dekatnya
Aku terlalu gerah oleh udaranya
Aku tak sanggup menghirup baunya
Aku gemetar mendengar suara hatinya
Aku tak berani ditikam oleh pedang kebutaannya
Aku mengambil jarak sangat jauh dari perangai mentalnya
Aku bersembunyi dari kegaiban akal dan logikanya
Aku resah mohon Tuhan jangan suruh aku mengurusinya
2.
Nabi
Paling Akhir
Ampunilah
sebuta ini mataku atas rahasia-Mu
Maafkanlah sebebal ini hati dan pikiranku
Sungguh tak kutahu yang mengalir adalah firman
Cahaya Kau pancarkan di kegelapan malam
Ya
Allah ternyata sesudah Nabi terakhir
Yang Kau lahirkan di Tanah padang pasir
Telah pula Engkau turunkan Nabi paling akhir
Di Nusantara, negeri sungai-sungai mengalir
Orang-orang
menjunjungnya
Melebihi Muhammad ataupun Baginda Jibril
Orang-orang membelanya bertaruh nyawa dan harga diri
Melebihi dan mengungguli maqam-Mu sendiri
Ya
Allah tetapi mustahil aku bergeser dari titik kakiku berpijak
Sepuluh kali hidup dan mati takkan membuatku berpindah kiblat
Telah kutempuh pengembaraan berabad-abad
Diterbangkan oleh syahadatain kepada-Mu dan Muhammad
3.
Satria
Pamungkas
Kalau
ia bukan Nabi-Mu wahai asal usul segala tajalli
Takkan sampai orang mempersembahkan sepenuh diri
Sampai pun para Ulama berwirid Ya Matinu Ya Qowiy
Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati
Siapa
selain utusan-Mu wahai penyuluh dan penyesat hati
Yang dicintai dengan sedia menyerahkan seluruh diri
Yang dipuja-puji sebagai Satria Pamungkas zaman ini
Satu pribadi kumpulan karakter semua Nabi-nabi
Kalau
bukan duta-Mu sendiri wahai Rabbinnas wal’alam
Keburukannya takkan kau ganti menjadi kebaikan
Dari Hari ke Hari yubaddilullahu sayyi`atihim hasanat
Khianat dan kedhaliman Kau ubah menjadi nikmat
Bagaikan
kekasih-Mu Muhammad itu sendiri
Hadir kembali blusukan ke kampung-kampung kami
Para Jamaah menyorongnya ke depan agar ngimami
Aku sembunyi sebab atas kotor hidupku ini aku tahu diri
4.
Nabi
Tambahan Akhir Zaman
Orang
bilang sabarnya bagaikan Nabi Ayub
Keberaniannya menandingi Nabi Ibrahim
Segagah Nabi Musa, seluwes Nabi Idris
Lembutnya bagaikan Isa Nabi cinta
Dinanti-nanti
kehadirannya sebagai Ratu Adil
Dirindukan lahirnya sebab ia Satria Piningit
Diharap-harap pertolongannya bak Imam Mahdi
Ia Messiah agung yang selalu diminta jadi Imam
Tekun
menaiki jenjang-jenjang perjuangan
Meskipun dibenci oleh para handai taulan
Ia adalah Nabi Yusuf tak tergoda oleh Zulaikha
Ia ditelan ikan namun berhasil keluar dari perutnya
Ya
Tuhan kenapa Engkau tak berterus terang
Bahwa kepada bangsa besar ini Engkau anugerahkan
Nabi tambahan karena darurat akhir zaman
Aku tidur lelap tak beranjak dari ranjang
5.
Gelembung
Pertapaan Sepi
Ilmu
yang kusandang sejak hari kelahiran
Adalah takkan sedia ditunggangi oleh zaman
Sejarah seakan berderap maju ke depan
Manusia sedunia mandeg dalam aliran
Sepanjang
hidup tak pernah aku tak bermasalah
Di semua bangku persekolahan palsunya sejarah
Tapi siang malam aku bertahan dan tidak lelah
Padaku tak ada tabir yang bisa menghijabi sejarah
Kalau
ini yang namanya Negara dan Pemerintah
Urusan kubatasi hanya menyayangi manusia
Kalau begini yang disebut kemajuan dan demokrasi
Takkan beranjak aku dari gelembung pertapaan sepi
6.
Remang
Kau
datang seperti dari alam ghaib
Seakan pembantu khusus Raqib Atid
Yang wajah dan tugasnya dibolak-balik
Baik jadi buruk, buruk jadi baik
Bohongmu
adalah kejujuran
Konyolmu adalah kemuliaan
Tak tahumu adalah kebijaksanaan
Tak layakmu disembunyikan
Aku
tidur sepanjang siang dan malam
Gagal ilmu gagal paham berkepanjangan
Rukuk sujud tak berkesudahan
Info dari Tuhan hanya remang-remang
7.
Maling
Orang
membenci dengan penuh kerinduan
Kepada maling, koruptor, pencopet, pengutil
Penjambret, penggangsir atau buto kempung
Mereka berantas sambil diam-diam meniru
Ketika
maling besar dihancurkan
Rakyat bersorak-sorai penuh kegembiraan
Para pelengser maling berkata diam-diam
“Jangan kamu saja, kami pun butuh bagian”
Dulu
maling satu, sekarang seribu jumlahnya
Dulu sekumpulan, sekarang hampir semuanya
Tak ada bukti kalau dibilang semuanya korupsi
Cuma gimana mau bilang ada penguasa yang tidak korupsi
8.
Balada
Dluafa
Ke
manakah kucari saudara-saudaraku Dluafa
Di sebelah mana dari gugus-gugus Nusantara
Di bagian mana dari kota, desa, segmen dan strata
Ketika setiap penduduk ingin kaya dan berkuasa
Sedulur-sedulurku Mustadlafin yang dilemahkan
Berjuang keras agar menjadi yang melemahkan
Keluargaku sebangsa yang tak kebagian
Mengidamkan posisi agar menguasai bagian-bagian
Tatkala
hari pemilihan datang
Serangan fajar pasti merupakan pendapatan
Semoga sanak familiku di hari mendatang
Terkabul menjadi pihak yang melakukan serangan
9.
Serigala
Berhati Domba
Orang
yang menuduh orang lainnya serigala
Ada sekurangnya tiga macam kemungkinannya
Pertama ia benar-benar seekor domba
Sebab domba yang paling peka terhadap serigala
Kedua
ia adalah serigala yang berhati domba
Selalu kecut hatinya, senantiasa cemas hidupnya
Rasa cemas bersumber dari rasa tidak percaya
Kepada dirinya, dan terlebih lagi kepada lainnya
Ketidakpercayaan
berasal dari kesempitan
Kesempitan adalah salah satu putra kekerdilan
Pengetahuannya tidak bulat atas kehidupan
Ilmunya tidak mengandung kebijaksanaan
Adapun
kemungkinan yang ketiga
Penuduh serigala adalah juga serigala
Yang menolak ada serigala lain yang bukan ia
Karena seluruh hutan rimba harus ia sendiri yang menguasainya
10. Domba dan Serigala
Di
rangkaian beribu kepulauan
Aku hidup rukun berdampingan
Dengan bangsa besar
Yang hidupnya penuh kekawatiran
Jiwa
mereka dikerdilkan oleh zaman
Kecil hati dan tak pernah merasa nyaman
Setiap orang merasa dirinya adalah domba
Dan yang selain dirinya adalah serigala
Ketika
domba merumput di padang-padang
Siapa saja yang lewat atau datang
Pastilah itu serigala yang mengancam
Selalu demikian mereka merasakan
Serigala
meneriaki serigala
Serigala sakit jiwa kepada serigala
Sehingga tak satupun yang bukan serigala
250 juta domba Nusantara tak mengerti itu semua
11. Domba Berhati Serigala
Aku
diutus pergi ke Negeri Domba
Tanah air domba, pulau-pulau domba
Domba-domba sangat indah dan tercinta
Berkurun waktu merumput hingga cakrawala
Sejak
tujuh abad yang telah silam
Serigala-serigala dari barat berdatangan
Menjadikan domba-domba sebagai makanan
Terutama otak dan hati domba pun dikenyam
Sejak
itu sebagian di antara domba-domba Nusantara
Melakukan perlawanan agar tak ditelan begitu saja
Mereka berjuang untuk bisa menjadi serigala
Sehingga bisa beramai-ramai ikut makan domba
Hari
ini semua anak domba dididik menjadi serigala
Setiap domba bercita-cita menjadi serigala
Aku dikerumuni oleh domba-domba berhati serigala
Aku domba kecil harus hadir sebagai serigala raksasa
12. Serigala atau Domba
Serigala
atau domba
Tidak karena besar kecil badannya
Di dalam peta perebutan kuasa
Kebanyakan serigala
Kecil, kurus atau pendek tubuhnya
Meskipun ada juga di antara mereka
Yang besar tinggi sosoknya
Serigala
atau domba
Terletak pada hatinya
Domba berat hati pada kalbunya
Serigala dikendalikan oleh syahwatnya
Akal pikiran yang berkantor di kepala
Ada yang menjadi penimbang nuraninya
Yang lainnya jadi bawahan nafsunya
13. Tatkala Domba Mengembek
Tak
ada domba yang lemah hidupnya
Kuat dan lemah hanyalah batas ilmu manusia
Tak ada selamat atau sesat padanya
Semua domba hidup bahagia
Karena ikhlas berbagi dengan manusia
Kambing tidak menginginkan apa-apa
Tuhan yang menginginkan mereka
Domba tidak menuju ke mana-mana
Mereka sudah bersemayam pada-Nya
Domba tidak memperjuangkan cita-cita
Mereka mengada karena kemauan-Nya
Domba tidak perlu mentaati-Nya
Tak ada jarak yang harus ditempuhnya
Tuhan hulu-hilir mereka tanpa rentang di antaranya
Para Nabi menggembalakan domba-domba
Padahal para utusan itulah sesungguhnya
Yang digembalakan oleh-Nya
Melalui tajalli domba-domba
Dan tatkala domba mengembek dengan mulutnya
Mestinya manusia belajar mencerdasinya
Bahwa itu adalah rasa kasihan dan sanepa
Bahkan ejekan kepada manusia
14. Sedia Menderita
Tak
ada serigala yang berdosa
Bahkan semua serigala tinggi derajatnya
Karena sedia menderita selama hidupnya
Tak bisa makan rumput seperti domba
Serigala diwajibkan mati sengsara
Karena ketika sudah udzur usianya
Tak sanggup menangkap mangsanya
Tak
ada serigala yang buas perilakunya
Kekejaman hanyalah prasangka manusia
Yang dijadikan kenyataan pada hidupnya
Tuhan bilang Kun dan menata dauriyah semesta
Ia memperlakukan diri-Nya para serigala
Ia memberlakukan gagasan dan kemauan-Nya
Pada animasi serigala, domba dan alam raya
Pun
manusia, yang serabutan perilakunya
Yang Ia angkat sebagai salah satu wakil kepala
Tapi berlaku mengkudeta kuasa-Nya
Mengucapkan kalimat, huruf dan kata
Mempidatokan nilai dan prasangka-prasangka
Menyusun pemerintahan dan tata kelola
Dengan mengambiil alih haq-Nya menjadi haknya
15. Domba Beranak Serigala
Berabad-abad
lamanya
Kita adalah bangsa domba
Tapi sejak anak-anak kita
Dimangsa oleh para serigala
Akhirnya kita didik anak kita
Supaya juga menjadi serigala
Berabad-abad
lamanya
Kita adalah manusia domba
Tuhan mengirim Nabi dan Rasul-Nya
Untuk menggembalakan kita
Menancapkan patok di pusat semesta
Dan mengulur tali ke leher kita
Kita
adalah domba beranak serigala
Tetapi serigala tetap beranak domba
Hingga disekolahkan agar jadi serigala
Tetapi hari ini serigala sadar ia domba
Ia berlatih menghimpun kekuatan serigala
Agar mulai esok tak lagi bisa dimangsa
16. Disamarkan Seakan Domba
Berabad-abad
lamanya
Kita adalah makhluk domba tercinta
Berasal dari gagasan kerinduan-Nya
Satu staf diperintahkan oleh-Nya
Untuk membentuk dan menata wujudnya
Domba
dipekerjakan untuk taqarruban
Suara mulut domba sepanjang kehidupan
Selalu bernada informasi dan peringatan
Dan setelah disembelih dan dimakan
Ia memperoleh derajat kemuliaan
Berabad-abad
lamanya
Kita disamarkan menjadi seakan domba
Di bumi hanya boleh berbunyi satu suara
Karena manusia omong terlalu banyak kata
Dengan itu mereka berbunuhan satu sama lainnya
17. Di Atas Serigala dan Domba
Ia
bukan serigala
Juga bukan domba
Ia di atas serigala dan domba
Ia lebih pandai, lebih unggul dan licin
Dibanding serigala dan domba
Ia
bisa menjadi serigala
Ketika menjadi serigala menguntungkannya
Ia juga dengan cepat bisa menjelma domba
Kalau menjadi domba membuatnya lebih banyak menumpuk laba
Ia
di atas semua serigala dan segala domba
Ia sanggup menserigalai kita dan mampu mendombai kita
Siapa saja bisa dibikinnya menjadi serigala
Juga siapapun bisa disanderanya menjadi domba
Sebagaimana
kata salah satu firman
Hidup hanyalah senda gurau dan permainan
Ia menerima ketentuan itu dengan penuh keikhlasan
Asalkan bagiannya adalah kursi besar kekuasaan
18. Tapi Aku Mencintaimu (1)
Wahai
Tuhan aku memohon perlindungan
Atas terancamnya cintaku kepada manusia
Yang berhimpun menjadi sebuah bangsa
Yang Engkau meletakkan hidupku padanya
Wahai
Tuhan tak kuasa aku menahan rahasia
Tetapi kalau sampai kubukakan kepada mereka
Aku khawatir mereka akan baku bunuh sesamanya
Atau akan bunuh diri tak kuat menanggungnya
Wahai
Tuhan mohon jangan biarkan
Cintaku tergerogoti oleh rasa malas dan bosan
Oleh ketakjuban buruk dan kemarahan
Mohon halangi cintaku dari rasa putus asa
19. Tapi Aku Mencintaimu (2)
Ini makhrajat dan kantung-kantung obat
Aku disuruh menyampaikan sebagai amanat
Supaya lelakumu tak sepenggal dan napasmu tersendat
Padahal hidupmu mengalir terus hingga akherat
Kamu
menjilat-jilat tapi merasa hebat
Kamu sembah dunia ngakumu lillahi ta’ala
Kamu pikir itu pencapaian padahal kebobrokan
Kamu merasa bangga padahal sedang sangat hina
Tetap
kubagi-bagi meskipun untuk munafiqin munafiqat
Urusan dengan Tuhanmulah untuk dicintai atau dilaknat
Aku kagum mentalmu sangat tangguh dan kuat
Sebab telah kau buang rasa malu dan martabat
20. Tapi Aku Mencintaimu (3)
Aku
bertempur melawan raksasa
Yang melesat keluar dari dalam jiwaku sendiri
Ia unjuk sulthan gagah perkasa bertiwikrama
Karena lelah terlalu lama bersembunyi
Aku
sungguh membutuhkan kelembutan hati-Mu
Sebab dengan secipratan saja aku memperolehnya
Atau Engkau suntikkan dari ubun-ubun ke dada
Letusan seratus gunung aku sanggup menelannya
Ya
Allah la yafqohuna qoulan wa la syai`an
Cintaku kepada mereka hampir tak tertanggungkan
Atas huruf apa saja mereka salah dan gagal paham
Terlalu lama mereka digiring dikurung diternakkan
21. Tapi Aku Mencintaimu (4)
Wahai
Tuhan yang kelembutan-Mu tak terperi
Terimalah himpunan syahadah mujahadah
Dari anak cucuku yang berhimpun di dalam rumah
Tabung kaca Maiyah yang Engkau anugerahi dan lindungi
Wahai
Tuhan Yang Maha Tak Tega Hati
Hatiku tak pernah tega kepada anak cucu yang di luar
Yang di dalam diri sendiri pun mereka terlempar-lempar
Karena dunia dipimpin oleh yang kepada-Mu bermakar
Engkau
terlalu agung untuk tidak mengampuni
Mereka kejar dunia dan dunia menolak mereka
Mereka sembah berhala dan berhala meninggalkannya
Tinggal kemurahan-Mu harapan satu-satunya
22. Tapi Aku Mencintaimu (5)
Ya
Allah setua ini baru mulai kutahu
Lipatan-lipatan jebakan dalam ciptaan-Mu
Rekayasa dan animasi-animasi materi-Mu
Antara yang seolah nyata dan seakan semu
Jika
hidup adalah berkiprah di dunia
Jika hanya sejengkal ini keutamaan urusannya
Jika perjuangan adalah berebut kuasa dan harta benda
Maka Penciptanya sungguh rendah mutunya
Jika
kemajuan adalah tambang-tambang dan Istana
Kalau cinta adalah menutup mata dari cakrawala
Maka kemenangan adalah milik siapa saja
Yang tak tahu dirinya, tak ngerti malu dan hinanya
23. Tapi Aku Mencintaimu (6)
Aku
takjub kepada tenangnya hati mereka
Sebab tidak mengerti apa yang akan menimpa
Meskipun mereka risau atas yang tak perlu dirisaukan
Serta tidak galau terhadap yang mereka tak perlu galau
Aku
takjub mereka yakin sedang bernegara
Aku kagum pada keanehan mereka
Dalam memilih tokoh-tokoh dan pemimpinnya
Siapa saja tanpa pikir panjang bisa dijadikan apa saja
Aku
melihat sempit berpikirnya, pendek jangkauan ilmunya
Serta dangkal dan tidak lengkap pertimbangannya
Tapi tidak bagi mereka, aku ah makhluk paling dungu di dunia
Bersedih atas hal-hal yang mereka tak memperdulikannya
24. Tapi Aku Mencintaimu (7)
Sebagaimana
kualami sejak kanak-kanakku
Setiap ‘Ied datang, aku sembunyi dalam sepi dan bisu
Hatiku menggigil, telinga jiwaku dirusak
Allah sangat hadir tapi ditutupi oleh suara gaduh berderak-derak
Sejak
hari-hari menjelang Idul Adlha
Kucari di mana dua kekasih-Nya berada
Bapak macam apa yang tega hati menyembelih anaknya
Betapa mungkin ia mantap memenuhi perintah membunuh putranya
Tidaklah
karena iman dan kepatuhan kepada Tuhan
Maka ia boleh membuang rasa kemanusiaannya
Adakah seorang sastrawan di antara kita, yang mampu menggambarkan
Betapa iman dan keikhlasan tidaklah berlangsung datar tanpa guncangan
Ya
Allah Maha Tuan Rumah kalbu semua hamba
Kualami 66 Idul Adlha tanpa Ibrahim dan Ismail padanya
Tidak juga maknanya, bayangan atau kelebatan hakikatnya
Tetapi aku mencintai mereka semua, meskipun dukaku tak sampai padanya
25. Tapi Aku Mencintaimu (8)
Seribu
sapi disembelih
Sejuta nafsu dilampiaskan
Seribu kambing dikendurikan
Sejuta lawwamah dipestaporakan
Di
abad 21 puncak peradaban
Kaum Muslimin menghunus pedang
Tidak di akalnya, melainkan di tangan
Keluar dirinya mencari sasaran
Amir
Umara Alim Ulama menyimpulkan
Idul Qurban sebatas membunuh binatang
Di dalam jiwa mereka ternakkan Iblis Setan
Dikasih makanan politik dan keserakahan
26. Tapi Aku Mencintaimu (9)
Dua
ratus lima puluh juta orang
Yang hidupnya bersungguh-sungguh dan penuh kesulitan
Dipermainkan oleh beberapa ratus orang yang mereka tokohkan
Yang mereka upah dan mereka limpahi kesejahteraan
Dua
ratus lima puluh juta rakyat
Yang perjuangan penghidupannya penuh kemandirian
Menjunjung beberapa ribu penipu di atas kepala mereka
Sedemikian tangguhnya mereka sehingga tetap tertawa-tawa
Ribuan
orang-orang pandai menginjakkan sepatu tipu daya
Ribuan orang-orang dewasa yang rakus seperti kaum remaja
Ribuan orang-orang tua dengan air liur bayi di mulut mereka
Memperdalam cintaku seharga seribu mati kepada mereka
27. Tapi Aku Mencintaimu (10)
Dua
ratus juta orang tak berdaya apa-apa
Atas penipuan yang menjerat mereka dari era ke era
Tetapi itu membuat mereka berkekuatan ekstra
Atas hidup mereka bersama keluarga
Para penipulah golongan manusia paling tak terdaya
Sehingga perlu menipu sesamanya
Demi menyangga hidupnya
Para
penipu menyebut dirinya tukang perintah
Padahal hidup mereka bergantung pada upah
Para penipu itu mengaku berjuang membela rakyatnya
Padahal mereka lebih lemah dan tak ada tanpa rakyatnya
Mereka mengaku dan merasa diri mereka adalah Negara
Padahal Negara tak pernah merancang akhir dari hidupnya
Sementara para penipu itu hanya duduk lima tahun saja
28. Tapi Aku Mencintaimu (11)
Di
antara dua ratus lima puluh juta rakyat
Terdapat kaum penipu yang berganti-ganti kerjanya
Tatkala lemah mereka mengemis dan menjilat
Ketika kuat mereka merampok laut dan darat
Para
penipu itu bernafsu ingin jadi orang besar
Sebab mereka merendahkan petani kuli pasar
Siapa saja yang menguntungkan, kontan ditaatinya
Kalau besok merugikan, langsung dikhianatinya
Di
antara mereka berpura-pura bersaing sesamanya
Mereka lawan saling berseberangan, kawan tak ada
Sahabat sejatinya adalah ambisi dan keserakahan
Susah payah kupertahankan cinta karena mereka manusia
29. Tapi Aku Mencintaimu (12)
Para penipu sangat sukar dikenali siapa mereka
Wajah mereka selalu ditabiri dengan citra
Kebusukan hati mereka diparfumi dengan kata-kata
Malaikat mulutnya tapi Iblis pelaksanaannya
Dunia pun mengangkat mereka sebagai Dewa-dewa
Karena mereka hanya budak dari maha dewa dunia
Yang berabad-abad mencuci otak ummat manusia
Memproduksi api neraka dilabeli sorga
Aku sangat mencintai dan siang malam menemani
Ratusan juta manusia yang hidup untuk diperdaya
Kusimpan sekantung rahasia sangat rapi dalam hati
Sampai seluruh prasangka peradaban ini tiba di hari senja
30. Tapi Aku Mencintaimu (13)
Kita
hidup kholidina fiha abada
Inna li Allah dan roji’un kepada-Nya jua
Allah asal-usul dan tujuan di seberang cakrawala
Cahaya terpuji sang Pembarep yang menuntun
Kita semua menguntit di belakang langkahnya
Adapun
kepada manusia, kepada bangsa
Dengan fatamorgana Negara khayalannya
Yang grubyag-grubyug berjalan
tak tahu arahnya
Yang kini sedang menyiapkan perbenturan berikutnya
Kapan saja bisa dan punya, kita siap mengevakuasinya
31. Tapi Aku Mencintaimu (14)
Kami
Miim sekeluarga menyayangi semua
Bebarengan para Siin mengawal
Hingga tembus ruang di seberang cakrawala
Jumpa kembali dengan Nuun yang sejatinya
Selalu
bermesraan dengan berjuta-juta saudara
Kadang masih muncul urusan kemajuan selompatan
Topik parit dangkal, urat pendek, mata kalap
Atau pembangunan semu kenikmatan sekejap
Ratusan
juta kanak-kanak tak kunjung dewasa
Suntuk bersekolah hanya sampai ke remaja
Tetapi kami tidak mencampuri urusan mereka
Hanya siaga masa depan, untuk api atau cahaya
32. Tapi Aku Mencintaimu (15)
Aslinya
aku sedih pada hari ini-mu
Dan sangat cemas esok hari-mu
Karena aku amat menyayangimu
Sehingga tak mungkin meninggalkanmu
Aku
kenal mereka setan-setan yuwaswisu
Yang memutus-mutus helai saraf otakmu
Sampai kepalamu berlubang-lubang
Takkan kau tahu seberapa prihatinku
Sampai
membeku hatimu, jumud mentalmu
Tak pernah lagi lengkap ilmu pengetahuanmu
Cacat tak terkirakan, terkeping berantakan
Tak kukira kau tak percaya diri hingga sedemikian
33. Tapi Aku Mencintaimu (16)
Kenapa
sih dulu kamu repot-repot bikin Negara
Padahal makin jelas kau tak becus mengurusinya
Kau tak punya minat dan niat untuk mempelajari
Apalagi berjuang keras untuk sungguh-sungguh mengerti
Kenapa
tidak iguh, berijtihad, waskita ke depan
Tak menjerat diri harus Negara, Republik stau Kerajaan
Tak harus demokrasi, yang kau pahamı setengah matang
Dan rendah diri terhadap yang orang lain paksa-paksakan
Kok
aneh yang kau jalani malah bukan dirimu sendiri
Ajaib kau menolak kedaulatan atas hidupmu sendiri
Kau pasang-pasang wajah orang di mukamu
Bangga berlomba jadi ekor dari penjajahmu
34. Tapi Aku Mencintaimu (17)
Lakum
dinukum waliadin
Laka dinuka wa li dini
Semoga tiba pada yang kau yakin
Meskipun yang bikin kau sendiri
Meskipun
yang kau sebut tuhan
Adalah hasil prasangkamu sendiri
Tetap kudoakan sampai ke tujuan
Sebab Tuhan toh sangat murah hati
Jangan
bilang agamamu agamamu
Sehingga agamaku adalah agamaku
Akal terhina kalau tuhanmu tuhanmu
Dan Tuhanku adalah Tuhanku
35. Tapi Aku Mencintaimu (18)
Kalau
bagimu itu agama
Teguhlah memeluknya
Kalau ini bagimu Negara
Makan sekenyangnya
Kalau
kau yakin begini ini demokrasi
Silahkan ambil dan nikmati
Kau merdeka dariku untuk kenduri
Takkan aku mengambil barang sebiji
Kalau
bagimu itu ilmu dan kecanggihan
Serakahilah daratan dan reguklah lautan
Kalau maksudmu ini kemajuan dan inovasi
Takkan kutuntut presidennya ganti
36. Tapi Aku Mencintaimu (19)
Empat
puluh tahun silam kubilang kepadamu
Bahwa engkau adalah bagian dari hidupku
Karena kalau aku adalah bagian dari hidupmu
Maka posisiku adalah meminta bagian darimu
Tidak.
Aku tak minta, Aku mau kasih kamu
Aku mau aku yang mempersembahkan sesuatu
Kusingkirkan hak-hakku atas kekayaanmu
Kusembunyikan tagihan-tagihanku kepadamu
Tetapi
kini wajahmu menjadi hantu di pandanganku
Kini aku takut berdekatan dan berbagi denganmu
Hari ini tak tahan hatiku menyaksikan hidupmu
Sampai rasanya tak mau kau jadi bagian dari hidupku
37. Tapi Aku Mencintaimu (20)
Temukanlah
sepenggal waktu
Sesapuan bunyi atau suara
Satu titik fakta atau sekilas peristiwa
Yang bisa kau pakai untuk membuktikan
Bahwa aku pernah tidak mencintaimu
Periksalah
pecah-pecah telapak kakiku
Ngilu jari-jemari dan kelelahan darahku
Ambillah satu huruf dari bunyi mulutku
Atau satu cc rahasia dari dalam kalbuku
Yang tak mencerminkan cintaku kepadamu
Tapi
kau bukan lagi Indonesia
Bukan ini bangsa yang aku bangga
Kalau soal salah kelola dan pemimpin semu
Aku mengalah dan percaya kepada waktu
Tapi ampun-ampun soal hancurnya martabatmu
38. Tapi Aku Mencintaimu (21)
Bahkan
engkau tak harus tahu, apalagi mengakui
Titipan yang melimpah dari langit tinggi
Aku membiarkanmu tidur lelap sekali
Kujaga nikmatmu dengan menghalangi kobaran api
Indonesia
kau putra bungsu tak tahu diri
Namun demi tujuh langit senantiasa kucintai
Pembangunan sejarahmu dari hari ke hari
Adalah kanker yang merusak badanmu sendiri
Leluhur
masa silam kau tak peduli
Hak anak cucu masa depan kau habiskan hari ini
Itu pun tak ada yang benar-benar kau nikmati
Karena akal sekarat, mental bobrok dan jiwamu mati
39. Tapi Aku Mencintaimu (22)
Kutulis
puisi tiap hari
Supaya ada bahan bagimu untuk menilai
Bahwa ini bukanlah puisi
Bahwa puisi tidaklah yang begini
Ini
puisiku, bukan puisimu
Ini bagiku, bukan bagimu
Ini untukku sendiri
Muatannya tersembunyi
Apalagi
maksudnya
Apalagi agenda dan visi-misinya
Jadi pasti puisi-puisi ini bukan untukmu
Meskipun maaf nanti akan sampai kepadamu
40. Tapi Aku Mencintaimu (23)
Semoga
minimal setahun ke depan
Anak-anakku yang durhaka jangan datang
Hidup bukanlah 1-2 atau 5-10 tahun ke depan
Waktuku sempit untuk keserakahan dan kekonyolan
Mari
sini cucu-cucu faltandhur ma qaddamat lighad
Bapak Ibumu semakin mendekat ke liang lahat
Kusiapkan masker untuk melindungi akal dan hati
Lompatilah setahun paling laknat dan njijiki
Mereka
takkan bisa melihat eksistensi kalian
Sebab kalian lolos dari pendidikan peternakan
Tak bisa mereka ambil kalian jadi kuda tunggangan
Nanti di senja sekarat mereka akan baru mengalami kelahiran
41. Tapi Aku Mencintaimu (24)
Sangat
jelas wajahmu di pandangan mataku
Tapi tak tampak oleh mripatmu wajahku
Sangat terang telingaku mendengar suaramu
Tapi tak satu huruf pun telingamu mendengarku
Aku
sangat nyambung kepadamu
Tetapi engkau terputus padaku
Kau tetap terdekap erat di pelukanku
Tapi tak ada aku dalam dekapanmu
Aku
sudah tak ada di ruang waktumu
Sebab aku mengalir dan di sana kau membeku
Yang kau semayami itu bukan ruang, saudaraku
Dan tempatmu melangkah itu bukan waktu
Tetapi
aku selalu sangat mencintaimu
Kubawa kau di gelembung kasih sayangku
Tak ada tempat parkir bagi waktu
Melewati beribu cakrawala kugendong kau hingga Tuhanku
42. Tapi Aku Mencintaimu (25)
Kumohon
keluarlah dari tempurung itu
Kau tahu aku sangat mencintaimu
Cobalah sesekali berdaulat dan bebaskan diri
Tak tega melihatmu menempuh hidup dan mati
Membeku dalam prasangka semu
Bagaimana
itu semua gerangan asal-usulnya
Kau berpikir kehidupan adalah bagian dari Indonesia
Kau kira pertanyaan Indonesia jawabannya Indonesia
Indonesia sangkan-nya Indonesia pula paran-nya
Sampai Indonesia adalah Tuhan itu sendiri yang maha esa
Alam
semesta teramat luas, ruang tak berbatas
Jin dan Iblis, Nabi dan Malaikat, animasi dan imajinasi
Kau temukan sebagai subordinat dari Indonesia
Hingga kau marah kepadaku dan mereka semua
Karena tidak berlaku sesuai dengan keharusan Indonesia
43. Tapi Aku Mencintaimu (26)
Ya
ampun engkau cintaku
Mudah amat engkau ditipu
Ya salam engkau kekasihku
Gampang sekali kau dicumbu
Seperti gethuk mentalmu gamoh
Akalmu methel seperti kain amoh
Pengetahuanmu seperti tumpukan jerami
Waspada ilmumu tak berkembang sejak bayi
Kalau
kukasih tahu semua itu
Kau terlanjur mencintai penyanderamu
Kalau kutunjukkan potret wajahmu
Kau terlanjur bergantung pada penindasmu
44. Tapi Aku Mencintaimu (27)
Wahai
kekasih apa yang terjadi padamu
Setiap kau omong maksudmu bukan itu
Kata yang kau ucapkan, kalimat yang kau paparkan
Selalu bukan yang kau maksudkan
Wahai
engkau yang kucintai selalu
Kenapa selalu ada yang kau sembunyikan
Kalau kau pergi umroh atau bersembahyang
Ternyata bukan beribadah yang kau maksudkan
Ketika
aku membagi-bagikan makanan
Kau bertanya apa tujuannya membagikan makanan
Ketika aku menolong orang kecelakaan
Kau bertanya apa maksudnya kok menolong orang
45. Tapi Aku Mencintaimu (28)
Kenapa
judulnya tetapi aku mencintaimu
Kok tidak spesifik berdasarkan muatannya
Kenapa sekian puisi judulnya hanya itu
Padahal banyak kemungkinan sentuhannya
Berpuluh-puluh
tahun sudah aku berkelana
Keluar masuk ruang, waktu dan cakrawala
Ternyata yang nyata faidza faraghta fanshab
Kemudian berhemat wa ila Robbika farghab
Kenapa
firman di Quran dibawa-bawa
Tak pula dituturkan terjemahannya
Orang tak mau tahu ini urusan antara siapa
Mereka pikir aku mengabdi kepada yang bukan Ia
46. Tapi Aku Mencintaimu (29)
Kenapa
aku hanya menulis-nulis puisi
Yang muatannya malah dibikin tersembunyi
Kenapa tak terjun ke pusat Negeri
Pasang bom dan sebar amunisi
Cukup
setengah tahun bagiku
Untuk mengobrak-abrik markas mafia itu
Cukup kugerakkan satu dua jari-jemari
Untuk menjungkalkan itu kursi-kursi
Tapi
aku berpuasa dan menahan diri
Takkan kujatuhkan dan kuangkat lainnya lagi
Sebab sejak 1998 telah pasti dan teguh di hati
Bahwa kalian tak ngerti perubahan yang sejati
47. Tapi Aku Mencintaimu (30)
Tak
mungkin kau temukan alamatku
Mustahil kau ngerti koordinat pijakanku
Takkan kau tahu ke mana arah langkahku
Sebab yang kau pandang bukanlah aku
Kau
tertekan oleh Indonesia
Hingga tertutup matamu dari keluasannya
Kau tersiksa oleh keadaannya
Sampai tak tampak olehmu khaththul istiwa
Tak
apa engkau mengira aku ada di dunia
Asal kau pahami bahwa hatiku tidak padanya
Aku mampir sejenak untuk menaburkan cinta
Tapi tanah bumimu sudah terkena narkoba
Oleh: Cak Nun
(Sumber : www.caknun.com/tag/tetes)