Sabtu, 18 Agustus 2012
IDUL FITRI 1433 H
Sabtu, 04 Agustus 2012
Nasionalisme Burung
---Beranda Blog---
Nasionalisme burung merupakan gambaran bagaimana kita membangun nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam konteks Dunia dan alam raya ini.
Nasionalisme adalah kesepakatan antar makhluk untuk tidak saling MENINDAS, MERAMPAS, APALAGI MELAKUKAN PEMBANTAIAN-PEMBANTAIAN seperti yang kita saksikan saat ini.
Tidak juga dengan datang ke negara lain dengan alasan untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam negara tersebut PADAHAL maksud utamanya adalah merampok dan menguasai negara yang didatangi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka aku juga ingin engkau selalu membisikkan ke telingaku apa kata burung-burung itu, apa kata hutan, pegunungan, angin dan lumpur. Aku ingin engkau membisikkan ke telingaku dendang hati mereka tentang negeri ini. Aku ingin mendengar nyanyian-nyanyian itu kembali:
Nasionalisme bukanlah tali ikatan antara satu jenis burung yang membedakan diri dari jenis-jenis burung yang lain.
Nasionalisme adalah persentuhan getaran hatinurani seluruh burung-burung, seluruh burung-burung.
Nasionalisme bukanlah pada wilayah hutan belantara mana burung-burung boleh hinggap dan beterbangan.
Nasionalisme adalah kesepakatan antara semua jenis burung tentang bagaimana memelihara hutan yang indah dan sehat bagi kehidupan setiap burung, setiap burung.
Nasionalisme bukanlah burung dibikinkan sangkar oleh Tuannya, yang diulur naik ke puncak tiang di pagi hari, kemudian diturunkan dan dimasukkan kandang di sore hari.
Nasionalisme adalah burung tanpa sangkar, adalah burung di angkasa bebas, yang dari kebebasan itu hati dan kesadarannya belajar memahami dan merancang sangkarnya sendiri.
***
Nasionalisme bukanlah mengketapel burung, menjerat dan mengurungnya, serta menjadikannya hiasan karena meskipun engkau mengelus-elus bulu dan sayapnya, namun engkau berdusta kepada hakikat burung-burung ketika merebut langit dan alam dari kehidupannya.
Nasionalisme bukanlah membatasi ruang terbang burung-burung, melainkan membuka peluang belajar dan pelatihan bagi nurani burung-burung untuk sanggup menciptakan batas-batas ruang terbangnya sendiri.
Nasionalisme burung merupakan gambaran bagaimana kita membangun nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam konteks Dunia dan alam raya ini.
Nasionalisme adalah kesepakatan antar makhluk untuk tidak saling MENINDAS, MERAMPAS, APALAGI MELAKUKAN PEMBANTAIAN-PEMBANTAIAN seperti yang kita saksikan saat ini.
Tidak juga dengan datang ke negara lain dengan alasan untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam negara tersebut PADAHAL maksud utamanya adalah merampok dan menguasai negara yang didatangi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka aku juga ingin engkau selalu membisikkan ke telingaku apa kata burung-burung itu, apa kata hutan, pegunungan, angin dan lumpur. Aku ingin engkau membisikkan ke telingaku dendang hati mereka tentang negeri ini. Aku ingin mendengar nyanyian-nyanyian itu kembali:
Nasionalisme bukanlah tali ikatan antara satu jenis burung yang membedakan diri dari jenis-jenis burung yang lain.
Nasionalisme adalah persentuhan getaran hatinurani seluruh burung-burung, seluruh burung-burung.
Nasionalisme bukanlah pada wilayah hutan belantara mana burung-burung boleh hinggap dan beterbangan.
Nasionalisme adalah kesepakatan antara semua jenis burung tentang bagaimana memelihara hutan yang indah dan sehat bagi kehidupan setiap burung, setiap burung.
Nasionalisme bukanlah burung dibikinkan sangkar oleh Tuannya, yang diulur naik ke puncak tiang di pagi hari, kemudian diturunkan dan dimasukkan kandang di sore hari.
Nasionalisme adalah burung tanpa sangkar, adalah burung di angkasa bebas, yang dari kebebasan itu hati dan kesadarannya belajar memahami dan merancang sangkarnya sendiri.
***
Nasionalisme bukanlah mengketapel burung, menjerat dan mengurungnya, serta menjadikannya hiasan karena meskipun engkau mengelus-elus bulu dan sayapnya, namun engkau berdusta kepada hakikat burung-burung ketika merebut langit dan alam dari kehidupannya.
Nasionalisme bukanlah membatasi ruang terbang burung-burung, melainkan membuka peluang belajar dan pelatihan bagi nurani burung-burung untuk sanggup menciptakan batas-batas ruang terbangnya sendiri.
Kotoran Dalam Hatiku
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Mulut dan hatiku mengucap Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, tetapi terkadang ku sembah juga diriku (Egoku),
"Disetiap jasadku sholat, disaat yang sama yang ada dalam fikiranku, diriku juga yang kuingat,
"Ragaku berpuasa tetapi jiwaku kulepas bagai kuda terseret nafsuku sendiri,
"Saat ku bayarkan zakat dan sedekah tapi niatku untuk mendapatkan balasan kontan dan berlipat,
"Setiap kali kudengar panggilan, ku menghadap Allah tapi apakah DIA menjumpaiku sementara wajah dan hatiku tak menentu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Reciever Lailatul Qodar
Dalam menyambut malam Lailatul Qodar TIDAK harus menunggu malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir. Setelah itu kita hanya memfokuskan ibadah hanya di malam-malam ganjil tersebut.
Apabila diumpamakan Lailatul Qodar sebagai Air suci untuk membersihkan najis yang ada pada tubuh kita, tapi wadah atau gelasmu itu retak jangan harap kita mendapatkan air suci tersebut. JADI MASALAHNYA BUKAN KAPAN MALAM LAILATUL QODAR DATANG TAPI TERLETAK PADA KESIAPAN WADAH KITA YANG BERUPA KEBERSIHAN JIWA DAN HATI DAN KEJERNIHAN PIKIRAN KITA UNTUK MENERIMA LAILATUL QODAR.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh : Muhammad Ainun Najib
Yang sepenuhnya harus kita urus dalam ‘menyambut’ Lailatul Qadar adalah Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan Diri kita, Kebersihan Jiwa kita, Kejernihan Ruh kita, Kepenuhan Iman kita, Totalitas iman dan kepasrahan kita, Itulah yang harus kita maksimalkan.
Apabila diumpamakan Lailatul Qodar sebagai Air suci untuk membersihkan najis yang ada pada tubuh kita, tapi wadah atau gelasmu itu retak jangan harap kita mendapatkan air suci tersebut. JADI MASALAHNYA BUKAN KAPAN MALAM LAILATUL QODAR DATANG TAPI TERLETAK PADA KESIAPAN WADAH KITA YANG BERUPA KEBERSIHAN JIWA DAN HATI DAN KEJERNIHAN PIKIRAN KITA UNTUK MENERIMA LAILATUL QODAR.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh : Muhammad Ainun Najib
Yang sepenuhnya harus kita urus dalam ‘menyambut’ Lailatul Qadar adalah Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan Diri kita, Kebersihan Jiwa kita, Kejernihan Ruh kita, Kepenuhan Iman kita, Totalitas iman dan kepasrahan kita, Itulah yang harus kita maksimalkan.
Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api.
Kalau gelasmu retak, jangan mimpi menuangkan minuman.
Kalau mentalmu rapuh, jangan rindukan rasukan tenaga dalam.
Kalau kaca jiwamu masih kumuh oleh kotoran-kotoran dunia, jangan minta cahaya akan memancarkan dengan jernih atasmu.Jadi, bertapalah dengan puasamu, bersunyilah dengan i’tikafmu, mengendaplah dengan lapar dan hausmu. Membeninglah dengan rukuk dan sujudmu. Puasa mengantarkanmu menjauh dari kefanaan dunia, sehingga engkau mendekat ke alam spiritualitas. Puasa menanggalkan barang-barang pemberat pundak, nafsu-nafsu pengotor hati, serta pemilikan-pemilikan penjerat kaki kesorgaanmu.