"Manners Before Knowledge"

Sabtu, 04 Agustus 2012

Reciever Lailatul Qodar

Dalam menyambut malam Lailatul Qodar TIDAK harus menunggu malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir. Setelah itu kita hanya memfokuskan ibadah hanya di malam-malam ganjil tersebut.

Apabila diumpamakan Lailatul Qodar sebagai Air suci untuk membersihkan najis yang ada pada tubuh kita, tapi wadah atau gelasmu itu retak jangan harap kita mendapatkan air suci tersebut. JADI MASALAHNYA BUKAN KAPAN MALAM LAILATUL QODAR DATANG TAPI TERLETAK PADA KESIAPAN WADAH KITA YANG BERUPA KEBERSIHAN JIWA DAN HATI DAN KEJERNIHAN PIKIRAN KITA UNTUK MENERIMA LAILATUL QODAR.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Oleh : Muhammad Ainun Najib
Yang sepenuhnya harus kita urus dalam ‘menyambut’ Lailatul Qadar adalah Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan Diri kita, Kebersihan Jiwa kita, Kejernihan Ruh kita, Kepenuhan Iman kita, Totalitas iman dan kepasrahan kita, Itulah yang harus kita maksimalkan.
Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api.
Kalau gelasmu retak, jangan mimpi menuangkan minuman.
Kalau mentalmu rapuh, jangan rindukan rasukan tenaga dalam.
Kalau kaca jiwamu masih kumuh oleh kotoran-kotoran dunia, jangan minta cahaya akan memancarkan dengan jernih atasmu.
Jadi, bertapalah dengan puasamu, bersunyilah dengan i’tikafmu, mengendaplah dengan lapar dan hausmu. Membeninglah dengan rukuk dan sujudmu. Puasa mengantarkanmu menjauh dari kefanaan dunia, sehingga engkau mendekat ke alam spiritualitas. Puasa menanggalkan barang-barang pemberat pundak, nafsu-nafsu pengotor hati, serta pemilikan-pemilikan penjerat kaki kesorgaanmu.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Lautan Jilbab

Pengunjung Blog

Posted by Arip. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut