"Manners Before Knowledge"

Jumat, 18 Maret 2011

CARA BELAJAR SISWA AKTIF


CARA BELAJAR SISWA AKTIF

1.      Artikulasi konseptual
            Pada dasarnya pendidikan harus menciptakan manusia-manusia yang kreatif dan siap pakai. Untuk menciptakan manusia yang kreatif dan dapat mengerti keseimbangan limgkungan tersebut harus ada suatu konsep pendidikan yang membantu para peserta didik untuk menuju kesana. Salah satu konsep pembelajaran yang ideal yaitu CBSA (cara belajar sisiwa aktif), dalam konsep ini siswa diharapkan dapat aktif dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
            Sebelum itu, kita harus mengetahui karakteristik manusia dan masyarakat yang dikehendaki. Karakter manusia harus berangkat dari asas kebinekaan karena bangsa kita mempunyai cirri manusia dan masyarakat yang bermacam-macam. Arah perkembangan di waktu mendatang diperkirakan ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut yaitu perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat yang tidak dapat dihambat, terjadi perubahan cara kerja dan gaya hidup, tata nilai yang mapan dilanda nilai-nilai yang baru. Untuk itu setiap individu harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dam informasi tanpa harus kehilangan jati dirinya sendiri.
            Untuk dapat mengikuti perubahan teknologi maupun gaya hidup tersebut, kita harus menciptakan masyarakat Indonesia yang mempumyai karakteristik yang ideal yaitu kepekaan, kemandirian dan tanggung jawab. Kepekaan berarti kemampuan untuk dapat melihat prsoalan dari berbagai sudut pandang dan tidak hanya dilihat dari kepentinganya sendiri. Kemandirian berarti kemampuan untuk memutuskan segala persoalan tanpa tergantung pada orang lain, sedangkan tanggung jawab merupakan kesediaan menerima segala akibat dari yang kita perbuat.
            Karakteristik pendidikan seharusnya mencakup tujuan dan prosesnya. Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat bukan hanya pemerolehan informasi yang terlepas-lepas dan hampa makna. Ada empat arah yang perlu ditempuh melalui pendidikan untuk membantu peserta didik menyosong masa depan. Pertama, pendidikan harus membentuk kemampuan dan kemauan berfikir. Kedua, pendidikan harus membentuk peserta didik yamh sadar lingkungan. Ketiga, pendidikan harus dapat membantu sisiwa dalam memahami parmasalahan masa depan. Keempat, pendidikan harus membantu peseta didik untuk memahami perubahan dan permasalahan yang ditimbulkan.
           
CBSA sebagai pendekatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar.
Secara konseptual, proses belajar harus dimaknai sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kemudian pembentukan kemampuan berfikir, baik berfikir konvergen maupun divergen. Berfikir konvergen yaitu berusaha menemukan jawaban dari persoalan sedangkan berfikir divergen ditandai dengan penjajakan alternatif-alternatif yang juga dikenal sebagai berfikir kreatif. Sehingga kurikulum harus dirancang sehingga kesenjangan antara pendidikan dan sekolah diperkecil. Dari segi pembentukan ketrampilan dan personal sosial disamping psikomotorik , proses belajar harus merupakan kesempatan untuk melakukan langsung berbagai kesempatan tersebut . Termasuk kesempatan untuk memperoleh serta mencerna balikan-balikannya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari proses berlatih.
            Bertoalak dari pandangan yang mengupayakankeseimbangan antara kedaulatan peserta didik dengan kewibawaan pendidik serta pertumbuhan secara serasi kemampuan mempertanyakan denagn kesediaan menerima nilai-nilai lingkungan. Pendidik mempunyai peranan pengendalian dalan interaksi pendidikan yang dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu menumbuhkan kemandirian peserta didik, menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, serta menyediakan sistem dukungan yang memberi kemudahan belajar.
2.       Jabaran Operasional
2.1Acuan-acuan Operasianal Perwujudan CBSA
Untuk menciptakan pendidikan yang unggul dan dapat menangkal pengebirian yang dapat berdampak pada hilangnya pesan-pesan dalam pendidikan, maka diperlukan acuan operasional pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Pertama, menjabarkan berbagai kegiatan belajar mengajar yang mempunyai hubungan psikologis yang tinggi dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara optimal dan terhayati dari pengalaman siswa itu sendiri.
Kedua, menyoroti kemungkinan adanya kesenjangan sosial yang mungkin terjadi antara tujuan pendidikan dan pengalaman belajar yang dimiliki para siswa. Kurikulum dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan pemikiran yaitu tingkat ideal(apa yang seharusnya, berdasarkan pemikiran rakyat), tingkat formal (yang diamanatkan melalui berbagai ketantuan resmi), tingkat intruksional(yang dirancang oleh pengembang kurikulum dan pengajar), tingkat operasional(yang terekam dalam proses pelaksanaanya oleh pengamat terlatih), tingkat eksperensial(yang terhayati oleh siswa.
Ketiga, tidak mengikuti sepenuhnya pemetaan taksonomi yang dilakukan oleh Benyamin Bloom dan kawan-kawan. Setidaknya ada 3 tujuan pendidikan yaitu (a) pengetahuan yang dibentuk melalui pengkajian, (b) Ketrampilan intelektual, sosial, dan psikomotorik, (c) sikap dan anternalisasi nilai yang dibentuk melalui penghayatan. Untuk menuju ke arah sana kita perlu membenahi dahulu dibidang penyelenggaraan pendidikan karena pendidikan kita seakan akan tidak memberi ruang untuk pembentukan rasa kerja sama di antara peserta didik.
Keempat, mengetahui sasaran pembentukan yang dirinci sebagai berikut: (1) sebagai hasil langsung pengajaran yang dapat diketahui hasilnya pada akhir program pengajaran, (2) Sebagai dampak pengiring yang terbentuk karena akibat tidak langsung dari akumulasi pengalaman dan penghayatan.
2.2 Implikasi Bagi Sistem Penyampaian.
            Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan, maka harus menghilangkan sistem penyampaian yang mengebiri pesan-pesan kependidikan menjadi pemberian informasi semata. Seorang guru harus mempunyai khazanah metode belajar yang dibuatnya dalam sistem penyampainanya. Ada beberapa dimensi untuk memilah-milah khasanah yang dapat dialkukan oleh seorang guru yaitu sebagai berikut : (a) pengaturan guru yang berfungsi sebagai tim yang mengelola kegiatan belajar mengajar, (b) Struktuk peristiwa belajar-mengajar sebagai struktur tertutup, (c) peranan siswa dalam mengolah pesan pendidikan, dan (d) proses pengolahan pesan pendidikan oleh siswa sebagai pengolahan pesan induktif.
            Dalam proses belajar-mengajar, setiap peserta didik itu memerlukan layanan yang tidak cukup hanya mernggunakan satu pendekatan didalam perancangan untuk menyampaikan pesan melainkan memerlukan pendekatan yang datang dari semua aspek.
2.3 Implikasi Bagi Sistem Penilaian.
            Dalam sistem penilaian yang terjadi pada saat ini lebih menekankan pada diadakan ujian-ujian yang cenderung hanya menagih kemampuan menghafal para peserta didik. Seharusnya penilaian juga harus diberikan kepada aspek-aspek tujuan yang bersifat jangka panjang baik yang berhubungan dengan pemahaman yang lebih mendalam maupun yang menyangkut dengan ketrampilan. Penilaian seharusnya juga memperhatikan pertumbuhan kemampuan peserta didik.
            Penilaian harus memperhatiakan kedua aspek yaitu aspek jangka pendek yang lebih menagih pada kemampuan aplikatif dan replikatif dan aspek jangka panjang seperti kemampuan mengutarakan pikiran secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan berfikir.
2.4 Wadah Implementasi.
            Penyelenggaraan dibidang pendidikan seperti penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan upaya yang serius dan ada dukungan dari semua pihak yang terkait. Selain itu ada pelajaran berharga yang dapat kita petik dari upaya penerapan pendekatan CBSA yaitu bahwa baik aspek konseptual maupun aspek pengelolaan perlu secara eksplisit dikerjakan secara sistematis.
            Dalam setiap pengajaran yang mendidik merupakan layanan professional, tetapi layanan ahli pendidikan masih sangat tertinggal jika dibandingkan layanan professional dibidang medis. Keadaan serupa juga terjadi di jenjang sekolah dasar bahkan lebih parah lagi karena belum terwujudnya koordinasi penanganan yang baik antara pembinaan ketenagaan secara teknis dan akademis yang kadang-kadang tak sejalan dengan pemanfaatannya.
3.      Kemungkinan dan Tantangan Verifikasi Empirik.
Pencapaian program pendidikan tidak cukup dengan didasarkan kepada niat baik para pengelolanya dan peningkatan mutu pendidikan tidak cukup dengan melipatgandakan investasi sumber bagi penyelenggaraannya. Dalam hal ini perlu dilakukan pengkajian secara sistematis dan kritikal yang melibatkan pertimbangan para ahli di satu pihak maupun pilihan nilai oleh masyarakat dan pemerintah sebagai pihak lain. Ketinggalan kita dibidang layanan ahli dan profesi pendidikan sedemikian jauh sehingga kita perlu mengejarnya sekuat tenaga karena di sejumlah Negara lain sudah banyak menunjukan perhatian kepada keaktifan mental yang mengetarai proses kegiatan belajar-mengajar.
Dalam mencapai kadar produktifitas yang setinggi-tingginya, penelitian harus dilaksanakan dengan bertumpu atas dua hal yaitu academic rigor di satu pihak dan keekraban terhadap lapangan serta penyelenggaraan layanan ahli pendidikan di pihak lain. Denagan kata lain perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menuju proses pembelajaran yang mendidik.
Ada beberapa bidang yang memerlukan kajian kritikal atau verivikasi empirik antara lain sebagai berikut :
a.       Asumsi-asumsi landasan program pendidikan baik yang bersumber dari pilihan nilai maupun pendapat para ahli. Asumsi ini harus diterjemahkan untuk memantapkan kaitan antara tujuan pendidikan yang bersifat umum dengan perwujudan kegiatan belajar-mengajar disetiap harinya.
b.      Perancangan dan pengelolaan program pengajaran yang mendidik yang dapat dilihat pada perbuatan mengajar dipihak guru dan perbuatan belajar dipihak siswa.
c.       Penguasaan bidang studi baik pilihan serta penataan konsep-konsepnya. Setiap mata pelajaran harus disajikan di berbagai jenjang dan jenis sekolah serta kaitanya dengan penguasaan bidang studi sebagai disiplin ilmu.
d.      Kerangka acuan teoritik untuk mencapai tujuan pendidikan jangak pendek maupun jangka panjang. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengambangan prosedur pengukuran dan penilaian serta pemanfaatanya dalam mengambil keputusan.
e.       Strategi pengerahan tenaga ahli didalam menyelenggarakan program layanan ahli disekolah. Kita harus menganali karakterisatik sekolah yang efektif untuk peningkatan efektifitas pencapaian tujuan pendidikan karena setiap sekolah memiliki perbedaan dalam hakikat dan misinya.

4.      Penutup
Untuk mengimbangi kekayaan alam yang ada perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya sehingga dapat melakukan pembanguna disemua bidang. Ada dua syarat dalam sumber daya manusia agar lebih optimal yaitu jumlah dan persebaranya serta mutu yang dimilikinya. Oleh karena itu, pendekatan cara belajar siswa aktif  yang dapat membentuk manusia masa depan yang peka, mandiri dan bertanggung jawabbagi kelestarian serta kejayaan bangsa merupakan pilihan yang harus dilaksanakan.
Tantangan yang harus dihadapi oleh pihak yamh terkait yaitu menerjemahkan acuan dasar konseptualnya sehingga dapat dilaksanakan dalam proses belajar-mengajar. Untuk mengatasi masalah tersebut harus ada penemuan, penjernihan serta kajian kritikal terhadap gagasan-gagasan yang berkaitan dengan aspek layanan ahli pendidikan yang dilakukan dengan berbagai latar belakang dan berbagai pendekatan.


CBSA :Apa, Mengapa, dan Bagaimana


1.      Latar Belakang
Tujuan pendidikan telah dijelasakan didalam GBHN sampai dengan USPN.  Dalam penerjemahanya masih jauh dari memuaskan karena didalam merancang program pengajaran maupun menetapkan sistem tagihanya masih didominasi oleh keteramatan dan keterukuran seningga pendidikan hanya sebagai pemerolehan informasi saja. Pendekatan cara belajar siswa aktif yang mengupayakan mutu proses belajar mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan mutu keluaran pendidikan harus dilaksanakan.
Pendekatan cara belajar siswa aktif melalui SPP CBSA di Cianjur merebak sangat cepat namun penularan tersebut tidak memiliki sumber yang memadai sehingga penyebarluasan acuan konseptualnya kurang ditangani.

2.      Apa Itu CBSA?
CBSA merupakan cara pengelolaan sistem belajar-mengajar yang lebih menekankan keterlibatan mental siswa sehingga dapat aktif berfikir dalam menyelesaikan sebuah persoalan secara menyeluruh. Belajar harus diarahkan pada pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya baik melui proses asimilasi maupun akomodasi yang bertujuan pada pemutakhiran struktur kognitifnya.
Dalam membentuk manusia dan masyarakat masa depan, pendidikan tidak dapat dipusatkan pada satu segi saja tapi harus meliputi kesiappakaian kerja, keilmuan, pengelolaan informasi, kreatifitas dan sebagainya melainkan harus merupakan keterpaduan antara semuanya. Dalam proses belajar-mengajar pesan yang tertangkap oleh siswa itu sangat dipengaruhi oleh bentuk pengajaran yang dihayatinya. Oleh karena itu harus ada penataan konsep secara matang agar pengebirian tujuan pendidikan jangka panjang tidak terjadi. Tujuan jangka panjang yang ditinggalkan itu karena tidak pernah ditampilkan secara efektif didalam kegiatan belajar-mengajar.
Penjabaran tujuan pendidikan perlu dilakukan sehinga meyakinkan kesetiaan proses belajar-mengajar yang diterjemahkan pada pesan kependidikan yang perlu disampaikan. Untuk itu harus ada pemilahan sasaran pembentukan yang dapat dilakukan dengan memodifikasi Taksosnomi Bloom sebagai berikut :
a.       Pengetahuan-pemahaman sebagai titik pusat hakekat belajar
b.      Ketrampilan, baik ketrampilan intelektual maupun ketrampilan belajar sendiri dan kemahirwacanaan serta personal-sosial.
c.       Sikap dan nilai yang terbentuk melalui penghayatan pengalaman.
Didalam hubunagn ini sasaran yang terbentuk dapat sebagai dampak langsung, maupun ampak pengring.
3.      Mengapa CBSA?
CBSA merupakan pendekatan didalam pengelolaan kegiatan belajar-mengajar mengacu pada tujuan utuh pendidikan. Denagn kata lain CBSA bertolak dari kajian teoritik maupun dari pilihan nilai dari pemerintah dan masyarakat. Para pakar juga menjelaskan bahwa masyarakat masa depan itu ditandai dengan globalisasi dan peranan individu yang terus meningkat. Oleh karena itu perlu ada pembekalan untuk dapat menilai dan memanfaatkannya sehingga pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam gnerasi yang datang.
Program pendidikan seharusnya bukan semata-mata sebagi penerusan nilai luhur warisan nenek moyang melainkan penerjemahan nilai-nilai tersebut didalam keadaan masa kini dengan antisipasi masa depan secara bermakna bagi setiap siswa. Dapat disimpulkan bahwa ciri utama masyarakat Indonesia masa depan adalah manusia yang mendidik diri sendiri sepanjang hayat danmasyarakat yang terbuka terhadap perubahan namun tidak kehilangan jati dirinya.
4.      Bagaimana CBSA?
Untuk dapat menerapkan CBSA sebagiman mestinya dibutuhkan artikulasi terhadap gagasan dasarnya termasuk yang lebih bersifat kajian latariah. Salah satu hal penting yang harus digunakan dalam menjabarkan acuan operasional pendekatan CBSA adalah karakteristik individu yang dikehendaki. Karakteristik manusia Indonesia masa depan yang diharapkan adalah pribadi-pribadi yang peka, mandiri dan tanggung jawab.
Dalam pendekatan CBSA harus dapat terhayati oleh peserta didik sebagai (a) kesempatan untuk melkukan berbagai bentuk pengkajian, (b) kesempatan untuk berlatih berbagai ketrampilan kognitif dan personal-sosial, and (c) kesempatan untuk mengahyati berbagai peristiwa yang syarat nilai. Program pengajaran dapat terhayati oleh peserta didik jika kegiatan belajar-mengajar dikelola berdasarkan wawasan pendidikan. Ada acuan penting yang merupakan landasan dari wawasan pendidikan yaitu (a) didalam setiap kegiatan belajar mengajar harus mengupayakan tujuan utuh pendidikan, (b) pendidik harus mengendalikan proses belajar-mengajar dengan asas tut wuri hansayani.
Asas dan acuan tersebut akan membuahkan hasil jika kegiatan belajr mengajar di setiap sekolah dikelola sesuai dengan asas dan acuan oprasional tersebut. Pendekatan pertama perlu dilakukan untuk pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang merupakan terjemahan dari asas-asasnya. Sehingga apabila asas dapat terartikulasikan dengan baik dan teknik pengelolaan memberikan peluang untuk terwujudnya pengalaman belajar yang kadar CBSAnya tinggi, maka dengan sendiriya CBSA akan terwujud di lapangan. Pelajaran yang dapat kita ambil dari upaya penerapan CBSA ini adalah bahwa aspek konseptual dan aspek pengelolaan perlu ditangani secara aksplisit.

5.      Penutup
Pendekatan CBSA dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu keluaran pendidikan yanh sesuai dengan sasaran pembentukan masyarakat Indonesia yang dikendaki. Dalam proses penyebaran asaa dan acuan operasionalnya masih jauh dari harapan sehingga yidak berjalan efektif, oleh karena itu gagasan dasar pendekatan cara belajar siswa aktif perlu diartikulasikan secara sistematis baik berdasarkan kajian teoritik ataupun dari pilihan nilai masyarakat dan pemerintah.

REVIEW
            Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif merupakan pendekatan yang efektif untuk menjadikan pendidikan lebih pada proses pemberian makna pada pengalaman belajar dan tidak hanya untuk memperoleh informasi saja. Untuk memperokleh informasi saja seorang peserta didik tidak perlu untuk sekolah tapi cukup dengan membaca berbagai macam referensi sehingga dapat banyak informasi tentang sesuatu. Penyampaian dalam proses belajar-mengajar akan efektif jika memperhatikan hal berikut yaitu :
Ø  Adanya interaksi antara guru-siswa dan lingkungan.
Ø  Pemahaman seorang guru tentang kepribadian setiap peserta didiknya.
Ø  Dalam menyampaikan sustu materi guru harus memberikan hubungan materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan CBSA ini dapat menjadikan peserta didik lebih terpacu untuk mengembangkan potensinya karena disini pesreta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik akan lebih dominan dalam menentukan dirinya sendiri. Disini guru berkewajiban untuk memberikan batasan-batasan dalam setiap permasalahan agar peserta didik tidak keluar batas atau aturan yang ada. Dengan keseimbangan antara keduanya, maka kejadian peserta didik memukul, membantah seorang guru tidak akan terjadi.
Dalam CBSA ini peserta didik diharapkan dapat memeprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sehingga peserta didik dapat melakukan antisipasi terhadap sesuatu yang akan terjadi dengan mempertimbangkan kejadian pada masa sekarang dan masa lampau. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia Indonesia yang peka terhadap sesuatu yang terjadi,mandiri, tanggungjawab, siap pakai, kreatif, dapat mengelola dan mengimbangi kemajuan teknologi informasi dengan baik, dan lain-lain.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Dalam proses belajat mengajar pada pendekatan cara belajar siswa aktif harus mengedepankan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :
Ø  Segalanya dapat memacu proses belajar mengajar termasuk lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan desain pelajaran.
Ø  Sesuai pada tujuan yang diinginkan.
Ø  Memberikan pengalaman atau kesan yang terbaik pada awal pembelajaran.
Ø  Mengakui setiap usaha yang dilkukan oleh peserta didik untuk membangun kompetensi dan kepercayaan diri peserta didik.
Ø  Dalam penilaian belajar, harus diberikan yang sesuai dengan kemampuan siswa dan dapat meningkatkan emosi positif dalam belajar.
   
       

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Lautan Jilbab

Pengunjung Blog

Posted by Arip. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut