Gondhelan
Klambine Kanjeng Nabi
Bumi
yang kita tinggali ini hanyalah salah satu anak dari Matahari di samping
anak-anak yang lain – Mars, Venus, Jupiter, dan seterusnya. Keluarga kecil ini
dinamakan tata surya, yang ketika berkumpul bersama triliunan keluarga-keluarga
lain membentuk kesatuan yang namanya galaksi. Ada miliaran galaksi di seluruh
jagad raya ini.
Dan
satu-satunya alasan Allah meluaskan alam semesta sedemikian besar adalah karena
cinta-Nya kepada makhluk pertama bernama Nur Muhammad. Saudara tertua yang
hidup sekekal kemauan Allah ini pada suatu rentang waktu ditugasi untuk menjadi
Muhammad bin Abdullah selama 63 tahun.
“Luaskan
hidupmu, luaskan hatimu, supaya bisa bertemu langsung dengan Allah dan
Rasulullah. Tentu bukan secara fisik karena fisik kita memiliki dimensi yang
sangat terbatas. Perjumpaan dengan Allah dan Rasulullah hanya mungkin
menggunakan mata jiwa kita.”
“Jangan
terus-menerus mengandalkan wadag. Kita harus selalu mempelajari kasunyatan hidup
ini supaya bisa mendengarkan apa yang tak terdengar oleh telinga, bisa melihat
apa yang tak terlihat mata. Dan hidup ini sebenarnya terletak bukan pada apa
yang bisa kita indera secara fisik.”
Cirinya
Kanjeng Nabi adalah sangat tidak tega hatinya terhadap penderitaan umatnya.
Dalam konteks 2014, ini bisa kita jadikan pegangan untuk memilih pemimpin
supaya jangan lagi-lagi salah pilih. Dengan ilmu katuranggan kita bisa
dengan mudah memilih pemimpin – tanpa parameter-parameter macam akuntabilitas
atau akseptabilitas yang sangat rawan manipulasi.
Barangsiapa
hatinya rindu kepada wajah indah Rasulullah, barangsiapa kangen pada syafaatnya
di dunia dan di akhirat, barangsiapa melamar supaya ditemani Kanjeng Nabi,
berarti semua juniornya ikut menemani – termasuk Jibril dan makhluk-makhluk
yang diciptakan sesudah Beliau tercipta.
Barangsiapa
mendoakan Kanjeng Nabi, terjadilah dialektika cinta segitiga dengan Allah dan
Rasulullah. Sebab hanya Kanjeng Nabi satu-satunya yang bisa diandalkan di
hadapan Allah. Dengan gondhelan klambine Kanjeng Nabi, kita mendapat
keselamatan. Dan shalawat itu tidak melulu dengan musik dan syair-syair
tertentu. Selalu eling kepada Beliau saja sudah cukup.
Muhammad Ainun Nadjib
Reportase Maiyahan di Pondok
Pesantren Al-Fattah, Lamongan
0 komentar:
Posting Komentar