Kekayaan
Nomor Satu adalah Rasa Saling Percaya
Sebagai
komparasi, Cak Nun menceritakan kondisi masyarakat korban lumpur Lapindo.
Lapindo merupakan salah satu dari sekian banyak problem sosial yang diurus
penyelesaiannya oleh Cak Nun dan Pak Toto Rahardjo di samping Kedungombo, Pasar
Turi, dan masih banyak lagi.
Kalau
mau ngomong salah-benar, menurut MA Lapindo tidak bersalah. Kalaupun salah,
yang disebut Lapindo itu bukan Bakrie. Sahamnya dimiliki oleh Indra (adik dari
Ical Bakrie), Medco, dan perusahaan Australia Santos. Begitu ada kejadian
lumpur, kedua perusahaan cuci tangan.
Setelah
berdialog dengan Cak Nun, ibunya Bakrie memerintahkan salah satu anaknya,
Nirwan, untuk mengusahakan dari mana-mana untuk bisa membantu korban lumpur.
Mekanismenya bukan mekanisme hukum dengan pemerintah, bukan mekanisme vonis
atas kesalahan, tapi bagaimana caranya supaya korban lumpur punya rumah lagi.
Ada 13.526 keluarga yang kehilangan rumah. Yang dibantu pemerintah dengan dana
APBN hanyalah orang-orang yang tidak ikut hancur rumahnya tapi hancur
ekonominya.
“Yang
Anda baca di koran dan televisi itu 100% fitnah. Itu bukan lagi makanan
beracun, tapi murni racun. Luar biasa jahatnya media massa dalam kaitannya
dengan Lapindo.”
Ibunya
Bakrie kemudian membayar tanah dengan harga 5 kali lipat, sementara rumah
dihargai 6 kali lipat. Bahkan mereka yang taat dan tidak menyakiti diberi 8
kali lipat; sekitar 3.000 orang jumlahnya. Yang mau dibayar 20%-nya sudah bisa
untuk membangun rumah melebihi rumah asli mereka. Total uang yang dikeluarkan
sejumlah 93,7 triliun. Posisinya masih kurang 635 milyar yang belum terbayar
karena kehabisan uang, tidak ada bantuan dari gubernur, tidak ada pinjaman dari
bank. Pemerintah bukan hanya tidak membantu tapi juga ikut memeras. Bakrie
bukan hanya membayar tanah dan rumah, tapi juga membiayai seluruh pengerukan
pasir dan pembuangan lumpur. Bulan November ini diharapkan semua akan tuntas
terbayar.
Posisi
Cak Nun dalam penyelesaian problem Lapindo adalah dimintai tolong dan bersedia
dengan satu syarat, yaitu tidak boleh ada transaksi ekonomi antara Bakrie
dengan Cak Nun. Itu Cak Nun tuliskan sendiri dalam kesepakatan di awal.
“Jangan
dikira itu artinya saya tak punya nafsu. Saya punya nafsu, tapi dia tidak akan
pernah saya biarkan menang melawan iman dan keyakinan saya.”
“Yang
ingin saya sampaikan adalah teman-teman korban Lapindo tadi tidak berjamaah.
Mereka hidup sendiri tanpa kontak kejiwaan satu sama lain. Uang segitu banyak
tidak dikelola untuk sosial, sehingga berkahnya tidak sebesar di sini. Maka
Anda harus sangat bersyukur karena memiliki apa yang tidak mereka miliki.
Kekayaan nomor satu itu rasa saling percaya satu sama lain.”
Tentang
Bakrie, Cak Nun menambahkan bahwa keputusan Ical untuk nyapres merupakan
ide Ical yang sebenarnya tidak disetujui oleh ibu, adik-adiknya, maupun seluruh
warga perusahaan Bakrie Group.
Catatan Silaturahmi Inti Plasma di Desa Bumi Pratama
Mandira Bersama Cak Nun
0 komentar:
Posting Komentar